Berita

Berita Pendidikan Nasional

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhan mulah Yang Maha Mulia,

Yang mengajar (manusia) dengan pena.

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

QS. Al-'Alaq Ayat 1-5

 

Sejarah gerakan literasi telah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Tepatnya pada 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah/610 M. Ketika Nabi Muhamad SAW menerima wahyu pertama dari Tuhan nya di Gua Hira jabal Nur kota Mekkah, dalam keadaan ummi secara  perlahan dan terbata beliau berusaha mengikuti lafaz yang disampaikan malaikat jibril. Kondisi badan yang menggigil dan bersimbah keringat lafaz Iqro keluar dari lidahnya. Perjuangan dahsyat yang luar biasa telah dilalui sang Nabi Besar pembuka peradaban dunia.

Secara perlahan Allah SWT sampaikan Ayat demi ayat kepada utusanNya melalui perantara Malaikan Jibril. Setiap ayat mengandung ilmu pengetahuan, memiliki hikmah dan dan petuah, menjabarkan sejarah sebagai pelajaran,memotivasi dalam memperbaiki diri, sarana renungan sebagai bahan introfeksi,  untuk menyelesaikan beragam permaslahan hidup umat manusia di muka bumi. Semua wahyu Allah SWT tersebut terdapat dalam kitab suci Al-Quran yang selalyu tejaga kesuciannya.

Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Kandungannya akan menjadi pedoman bagi kita ketika kita mampu mempelajarinya secara seksama. Untuk menjabarkan beragam kandungan ilmu tersebut, para ahli  menjabarkannya dalam berbagai jenis buku. Hal  tersebut merupakan upaya mempermudah umat dari generasi ke generasi untuk mengambil pelajaran sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat.

Fakta sosial membuktikan buku dan pelajar bagaikan panggang jauh dari api. Buku tak lagi menjadi tentengan yang memenuhi tangan-tangan pelajar. Buku ibarat benda asing yang hanya dipandang sebelah mata. Mereka bengong ketika ditanya berapa buku pelajaran yang mereka miliki  apalagi yang ditanyakan berapa buku cerita yang pernah mereka baca. Mereka kaget kelimpungan tengok kanan kiri sambl berpandangan meminta bantuan jawaban dari teman disekelilingnya. Nama-nama penulis masa lalu seperti; Pramoedya Ananta Toer, Buya Hamka, Mochtar Lubis, Suwarsih Djoyopuspito tidak mereka kenal, apalagi dengan karya-karya hebatnya. Bahkan para penuis masa kini seperti; Tere Liye, Dewi Lestari, Raditya Dika,  Andrea Hirata, Winna Efendi dan yang lainnya mereka tidak tahu.

Genggaman mereka kini tergantikan oleh benda mungil yang menampung bergam peristiwa di seluruh dunia. Benda tersebut adalah handphone yang seolah menjadi ruh dalam setiap aktivitasnya. Mereka asyik memainkanya  disetiap pojok, kantin, toilet, mushola, tempat parkir dan tempat-tempat ternyaman sesuai pihannya. Mereka akan ijin pulang ke rumah hanya untuk mengambil benda tersebut jika tertinggal. Namun mereka akan mengabaikannya jika yang tertinggal adalah buku pelajaran atau buku catatan sekolah.

Tidak ada yang salah dengan handphone. Namun fungsi benda tersebut akan berubah ketika disalahgunakan. Mereka santai dengan suguhan setiap aplikasi, mereka tidak bergerak karena hanya menjadi objek penikmat. Mereka terbuai dan terpedaya beragam doktrin baru. Beragam suguhan memadati setiap ruang sel otaknya.  Tidak ada arahan, tidak ada wejangan untuk meluruskan pemahamannya karena dianggap biasa saja. Namun semua akan bergerak dan mulai menyalahkan ketika muncul peribadi-pribadi yang mengalami penurunan moral.

Memperhatikan fenomena yang terjadi, upaya penangan harus segera dilakukan karena jika diabaikan akan berdampak pad penurunan prestasi pelajar pada setiap masing-masing sekolah. Merujuk pada  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 tentang Gerakan Literasi Sekolah, maka kami SMAN 1 Bayah sejak tahun 2021 sampai dengan 2022 menyusun program Gerakan Literasi Sekolah. Adapun rincian programnya sebagai berikut:

  1. Sosialisasi gerakan literasi Kepala Sekolah, guru dan siswa
  2. Gerakan pembuatan buku tentang metode pembelajaran masa pandemi.
  3. Gerakan membuat cerpen, pantun dan puisi.
  4. Menerbitkan buku hasil karya Kepala Sekolah, guru dan siswa.
  5. Gerakan literasi terjadwal dalam kegiatan belajar setiap hari jumat yaitu;
    • membaca buku fiksi dan nonfiksi
    • membuat sinopsis dari buku yang dibaca siswa
    • mengerjakan sosal literasi membaca dan numerasi

Dari beberapa program di atas hasilnya sebagai berikut:

  1. Terbit buku antologi kumpulan metode mengajar pada masa pandemi.
  2. Terbit kumpulan puisi dan pantun siswa.
  3. Diagram Partisipasi siswa dan nilai rata-rata siswa yang mengikuti literasi membaca dan numerasi.

poto buku

Melalui beberapa program lietrasi diharapkan terdapat perubahan cara berpikir dan bertindak pada seluruh civitas akademik SMAN 1 Bayah yang mengarah pada perubahan moral, perubahan prestasi. Sehingga terlahir insan-insan cendekia yang mampu mengubah peradaban  menuju kemaslahatan dunia dan akhirat. (Rini Thaurisini, 12/12/22)

PEMUDA BERBUDAYA MENGGUNCANG PERADABAN DI ERA SOCIETY 5.0

Oleh : Rini Thaurisini

pemudaFoto: Abriawan Abhe/Antara diambil dari republika.co.id 

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia".

Ir. Soekarno

(Presiden RI Pertama)

Pemuda dengan segala kekuatannya  mampu mengguncang perdaban budaya yang mendunia. Ide dan gagasan brilian mampu menyemangati golongan tua untuk menyatakan kemerdekaan atas bangsa ini, kegigihan pemuda yang dipelopori Bung Tomo mampu memukul mundur penjajah dari tanah yang berlumur darah  para pejuang. Semangat para pemuda dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda, mampu mempersatukan keragaman melalui Sumpah Pemuda  dengan semboyan  Bhineka Tunggal Ika.

Tantangan pemuda sebagai generasi milenial di Era Society 5.0 saat ini sangatlah kompleks. Bukan perjuangan fisik saja yang mereka lakukan, tetapi kini mereka dihadapkan pada persaingan ide, gagasan, mental, disiplin, strategi, kreatifitas, dan inovasi secara global. Kesuksesan mereka dalam melewati  tantangan harus tetap terbingkai indah oleh keluhuran budaya bangsa yang selamanya menjadi tolak ukur sebuah peradaban.

Budaya berasal dari bahasa sangsakerta "buddhayah" bentuk jamak dari buddhi sama dengan budi atau akal yang berarti "segala daya dan aktifitas manussia untuk mengolah dan mengubah alam.". Melalui wujud ide, aktifitas dan hasil dari kebudayaan, muncullah tujuh unsur kebudayaan yang berkembang diamasyarakat. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut diantaranya; sistem bahasa, sistem agama,  sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem teknologi perlengkapan hidup dan kesenian. Seterpencil apapun suatu wilayah, masyarakatnya selalu menghasilkan kebudayaan untuk mempertahankan hidup dan membangun perdaban di wilayahnya.

Bahasa merupakan unsur kebudayaan pertama dan utama, karena dengan bahasa lisan, tulisan dan simbol semua unsur kebudayaan lainnya dapat tersampaikan kepada masyarakat secara luas.  Terdapat 748 bahasa daerah yang tersebar disetiap suku bangsa wilayah nusantara Indonesia. Mereka mengembangkan bahasa daerah dengan cara menggunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa ibu yang unik.

Agama d Iindonesia dimulai dengan munculnya sistem kepercayaan yang menganggap ada sesuatu yang mampu mengendalikan kehidupan. Ketika sistem kepercayaaan disampaikan secara turun temurun melalui bahasa yang berkembang di wilayah tersebut. Maka sistem kepercayaan mulai melembaga menjadi satu agama. Agama berisi ajaran-ajaran yang mampu menjadi pedomoan hidup bagi masyarakat untuk beperilaku.

Selain agama yang menjadi dasar berperilaku, aturan-aturan kelompok pun menentukan bagaimana individu dalam masyarakat mampu mengikuti norma kelompoknya dari setiap sistem kekerabatan. Indonesia terkenal dengan tiga sistem kekerabatan seperti patrilineal dengan sistem kekeraban berdasarkan garis keturunan ayah. Matrilineal dengan sistem kekerabatan berdasarkan garis keturuna ibu dan bilateral dengan sstem kekeraban berdasarkan garis keturunan ayah dan ibu. Hubungan batin yang erat, kekeluargaan, gotong royong, dan toleransi merupakan ciri dari ketiga sistem tersebut.

Sistem pengetahuan berkembangng mengikuti tuntutan kehidupan yang tertuang lewat berbagai sistem mata pencaharian yang disesuaikan dengan struktur dan letak geografis dimana masyarakat itu tinggal. Beragam teknologi perlengkapan hidup yang mendukung segala aktivitasnya mereka ciptakan dengan sentuhan  seni yang tinggi.

Keragaman budaya lambat laun mengalami perubahan yang dipengaruhi beberapa faktor, baik yang berasal dari masyarakat itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar manyarakat. Perubahan budaya akan diterima dengan baik jika membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat. Namun sebaliknya perubahan akan terus menerus mengalami penolakan ketika perubahan tersebut  hanya membawa kehancuran dan hilangnya peradaban.

Pemuda merupakan sekelompok masyarakat yang rentan terkena imbas perubahan masyarakat global. Kurangnya sosialisasi budaya setempat membuat mereka lebih memilih apa yanag disuguhkan oleh media massa. Smartphone menjadi teman setia bagi pemuda dalam setiap suasana. Penetrasi pasipique dari beberapa Negara melalui smartphone, mampu membius dan menina bobokan mereka.

Era society 5.0 menghadirkan kemudahan komunikasi tanpa batas. Penyebaran budaya dari berbagai Negara masuk dengan santai lewat jendela-jendela aplikasi smartphone yang menjadi teman setia para pemuda. Ketika pemuda hanya sebagai obyek perubahan kebudayaan tersebut, mereka selamanya menjadi generasi santai, lemah, pesimis, temperamen, labil, dan tanpa arah. Berjiwa hampa, berpikir tumpul, tidak memiliki daya saing dan hilang jati diri bangsanya.

Perlahan namun pasti, kebudayaan luar mulai menjadi kiblat para pemuda. Pola pikir dan perilaku jauh keluar dari bingkai budaya bangsa. Bahasa daerah tergantikan  bahasa alay yang tidak karuan. Landasan hidup berketuhanan digantikan  sikap hedonis yang semakin miris. Ikatan kelompok penuh kekeluargaan porak-poranda oleh tujuan materialis semata. Proses transfer pengetahuan hampa tidak bermakna. Penggunaan perlengkapan hidup yang berkearifan tergilas gaya hidup yang konsumtif. Pertunjukan seni nan agung, terkebiri dan mati oleh hingar bingarnya konser yang menyuguhkan beragam perilaku sinkretisme.

Era Society 5.0 didefinisikan sebagai  Masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Faktanya, Terjadi disintegrasi antara dunia maya dan ruang fisik bagi pemuda. Mereka terlalu asyik dengan dunia mayanya tanpa memperdulikan dirinya dan lingkungannya. Mereka tidak lagi menjadi Agen of Change, tetapi hanya sebagai Object of Change.   

Dengan kondisi pemuda saat ini sebagai generasi penunduk terhadap arus globalisasi. ‘Masihkan pemuda menjadi harapan bangsa, masihkah pemuda menjadi roda penggerak peradaban, mampukah pemuda membuat keputusan-keputusan cemerlang dalam menyelesaikan permasalahan sosial?’ Karena dipundaknya ada tenggung jawab untuk membesarkan  pilar-pilar budaya luhur nenek moyang yang terkenal keseluruh penjuru dunia.

Era Society 5.0 menciptakan masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Pada era ini manusia khususnya pemuda sebagai  Agen of Chage  penguasa teknologi.  Kemahiran litersi teknologi yang tinggi. Selayaknya menggerakkan  mereka berperan aktif dalam mengintegrasikan  dunia maya dan ruang fisik sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Untuk menghasilkan para pemuda yang tangguh, diperlukan peran nyata yang bersnergi dari seluruh elemen lembaga pemerintah dan masyarakat.

Lembaga pendidikan berkontribusi dalam mengintegrasikan literasi dan  Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: Communication, Collaboration,  Critical Thinking and problem solving, dan Creative and Innovative. Segala upaya tersebut merupakan tantangan yang harus diperjuangkan oleh para pemuda seabagai proses membentuk generasi milenial yang berdaya saing di era society 5.0.

Tantangan pemuda dalam  literasi diawali dengan kemampuan literasi baca tulis yang membuka wawasan dan cakrawala pemuda dalam menjelajahi dunia. Literasi  numerasi melatih pemuda mampu menganalisis dan menggunakan simbol dan angka  matematika dalam menginterpretasi dan memprediksi pemecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains memfokuskan pada kemampuan memperoleh pengetahuan baru yang  ilmiah dalam menyeimbangkan teknologi dengan lingkungan alam dan  budaya. Literasi finansial melatih kecakapan pemuda dalam membuat keputusan finansial yang efektif dengan berbekal pemahaman tentang konsep dan resiko dalam rangka meningkatkan kesejahteraan individu dan masyarakat. Literasi digital mengarahkan pemuda memiliki kemampuan mendapatkan dan menyebarkan  informasi akurat melalui berbagai sumber yang dapat diakses memalui alat teknologi dalam hal ini smartphone. Literasi budaya membekali pemuda akan keragaman budaya bangsa yang patut dijunjung tinggi sebagai jati diri bangsa. Dan literasi kewarganegaraan menyadarkan pemuda untuk berpartisipasi aktif  sesuai dengan statusnya.

Kemampuan literasi  para pemuda di era society 5.0 harus diintegrasikan dengan penguatan pendidikan karakter yang terinternalize pada  para pemuda. Pemuda yang religius mampu menghargai perbedaan agama, menjungjung tinggi sikap toleran, hidup rukun dan damai ditengah keberagaman. Berjiwa nasionalis yang selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sikap nasionalis itu sendiri bisa ditunjukkan dengan mengapresiasi budaya Indonesia, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Pemuda yang memiliki konsep kerjasama dalam menyelesaikan setiap permasalahan sosial. Selalu berkomitmen atas setiap keputusan yang diambil bersama-sama. Mengedepankan musyawarah untuk mufakat, tolong menolong, memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi. Pemuda yang memiliki tanggung jawab atas segala tindakan dan keputusannya dan pemuda yang mampu melakukan inovasi kreatif tanpa bergantung kepada orang lain.

Ketika kemampuan literasi dan karakter bangsa yang kuat mampu menginovasi tujuh unsur budaya yang ada di Indonesia. Maka akan lahir pemuda-pemuda tangguh yang berkiprah sesuai dengan  bakatnya masing-masing. Ahli seni, mampu mengemas konser akbar tarian daerah yang diiringi kolaborasi alat musik tradisional. Desainer muda menggelar peragaan busana dengan corak kain tenun yang tersebar di nusantara. Ahli masak menyajikan beragam kuliner daerah dengan keragaman rasa yang memanjakan lidah. Ahli pertanian mampu menyediakan hasil pertanian yang berkualitas tinggi. Dari beberapa keahlian tersebut dikemas sesuai  permintaan pasar global. Dipublikasikan melalui media masa dengan bahas yang santun.

Ketika pemuda dengan kekuatan ilmu pengetahuan teknologi, fisik dan  mentalnya berkreasi dan berinovasi  mengemas unur-unusr kebudayaan bernilai finansial. Maka akan terjadi glokalisai yaitu, mengubah sesuatu yang bersifat lokal menjadi sesuatu yang bersifat global. Hasil kebudayaan tersebar dan diminati masyarakat dunia. Pemintaan pasar meningkat. Para pemuda diseluruh negeri dikaryakan. Penghasilan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Kesejahteraan pun dirasakan seluruh masyarakat. Kebudayaan bangsa tetap terjaga. Jati diri bangsa semakin kuat. Itulah kekuatan pemuda yang mampu mengguncang dunia di era Society 5.0.

DAFTAR  PUSTAKA

  1. https://www.kompasiana.com/najmugo/552e191d6ea8342a3b8b457c/budi-dan-daya-budaya.
  2. https://www.materiedukasi.com/2017/01/7-tujuh-unsur-unsur-kebudayaan-universal-menurut-klickhon-dan-koentjaraningrat.html.
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bahasa_di_Indonesia
  4. https://radarsolo.jawapos.com/read/2020/10/28/221748/peluang-tantangan-generasi-milenial-dalam-menghadapi-era-society-
  5. (https://www8.cao.go.jp).
  6. https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/20/21391851/4-kompetensi-lulusan-ini-jadi-kunci-society-50
  7. https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5b8e7fcd12ae9436241aabf5/mewujudkam-pembelajaran-abad-21
  8. https://www.kompasiana.com/omank/5a83a394dcad5b29f823ffe2/inilah-6-literasi-dasar-yang-perlu-anda-katahui?page=all
  9. https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/5-pendidikan-karakter-di-sekolah

 

Halaman 1 dari 2

Cari

Pengunjung

280172
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
208
275509
9874
280172

Your IP: 18.221.98.71
2024-04-20 10:28

Artikel